Thursday, 28 May 2009

Ruang Di Hatiku

Ruang itu sih sekarang masih kosong, walau ada yang menunggu di depan pintu, mengetuk dan meminta ijin untuk masuk. Pintunya sudah kubuka dan aku ingin mempersilakan dia masuk, tapi ah.. Belum waktunya!
Dari dulu ruang itu kosong, hanya berandanya saja yang kadang riuh.

Kadang aku duduk di beranda sambil mengamati orang yang lalu lalang di depanku. Beberapa membuat munculnya sebuah kursi kosong disampingku, beberapa berhenti, menoleh lalu berjalan kembali.
Satu dua berhenti meminta ijin untuk duduk di sampingku, tapi kursi ajaib itu tidak muncul. Aku menggeleng dan mereka beranjak.
Satu dua membuat kursi itu muncul, tapi mereka terus berjalan. Menoleh pun tidak. Itu membuat ruangku bergetar.
Kemudian ada juga yang sempat duduk tapi lalu berdiri dan beranjak, membuat ruangku bergetar bahkan retak di beberapa tempat. Saat itu terjadi, aku hanya bisa duduk di kursi. Bangkit perlahan-lahan memperbaiki retak-retak itu.
Setelahnya aku berdiri, aku tidak mau hanya melihat. Aku ingin tahu, aku ingin mengerti! Kemudian aku ikut berjalan. Aku melihat ruang-ruang yang lain, aku belajar. Aku simpan ruanganku jauh, hingga tidak ada yang melihatnya.
Pelan-pelan aku mengerti, aku mengerti bahwa ruangan itu boleh hancur, tidak hanya retak. Aku tahu bahwa walau ruang itu boleh hancur, aku harus menjaganya. Tidak sembarang orang boleh memasukinya. Dan aku juga memahami bahwa saat ruang itu hancur aku tidak boleh meratap, tapi aku harus kuat dan segera membangunnya kembali. Tanpa ragu, tanpa sakit hati.
Dan aku juga mengerti bahwa ruangan itu harus aku isi dengan perabotan, aku hias dengan lukisan dan bunga. Aku harus penuhi dengan doa dan kesabaran. Hingga saat tiba waktunya, ruangan itu akan bersinar dan sinarnya akan memancar menyinari semua orang.
Karenanya, aku belajar dan bersabar. Perlahan-lahan mengisi ruangan itu dan menghiasnya, sambil menunggu waktu itu tiba.
Ruang itu sekarang masih kosong, walau ada yang menunggu di depan pintunya meminta ijin untuk masuk, tidak hanya duduk di beranda. Ketika sampai waktunya nanti, aku akan mempersilahkan dia masuk dan duduk di kursi paling indah dalam ruangan itu, selamanya.

No comments:

Post a Comment